PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, merupakan keterpaduan, keserasian dan kebersamaan dalam suatu sistem kemasyarakatan, Jika tiga aspek tersebut menyatu dalam suatu bingkai yang permanen, maka pada dasarnya akan terbentuk “kekuatan” (power) yang memiliki daya tangkal tinggi, peka terhadap sesuatu yang dihadapi dan memiliki kemauan yang tinggi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.Menurut teori” bahwa kempuan kelompok merupakan hasil menyeluruh dari tindakan para anggota kelompok yang berbekas dalam kelompok tersebut. Selanjutnya, kreatifitas kelompok yang tinggi akan mengisyaratkan keaktifan dan partisipasi para anggota kelompok yang baik pula. Di samping itu keaktifan kelompok yang tinggi mampu menumbuhkan loyalitas terhadap kelompok, hal ini juga ditunjukkan untuk anggota kelompok yang terlibat langsun.
Kesemuanya ini bisa menjadi kekuatan kelompok (Cartwright, Zander dan Hollander, dalam Yusuf, 1990). Berdasarkan pandangan-pandangan di atas memberikan indikasi bahwa keterpaduan, keserasian dan kebersamaan dapat diperoleh dari hasil menyeluruh dari anggota kelompok yang ada. Dengan demikian dapat dirumuskan, tingkat kekohesifan yang tinggi dalam reaslitas yang sesungguhya, maka paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan : Pertama, menggalang potensi masyarakat, maksudnya dalam suatu komunitas sangat jarang ditemui adanya sifat-sifat yang membedakan, dalam komunitas tersebut relatif kecil jumlahnya. Berarti komunitas yang dimaksud memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari segi pengetahuan atau latar belakang pendidikannya,
keterampilan, pengalaman dan latar belakang ekonomi. Potensi yang ada, perlu diidentifikasi sebagai input yang sangat berharga sebagai data awal untuk dimanfaatkan selanjutnya. Umumnya para tokoh masyarakat, pendidik, dan tokoh agama yang berada di luar system pemerintahan, mereka ini disebut informal leader yang seharusnya mengambil prakarsa dalam tahap penggalangan. Jika diperlukan out sider (pihak luar), seperti Perguruan Tinggi, LSM atau organisasi-organisasi yang peduli dalam pembanggunan daerah dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi penguatan dalam hubungannya dengan pembangunan.
Dalam tahap penggalangan, pada dasarnya untuk memberi pengertian yang mendalam betapa pentingnya masyarakat sebagai tuan rumah sekaligus sebagai aktor utama dalam pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan di wilayah mereka sendiri.
Tumbuhnya kesadaran untuk membangun daerahnya, sebagai kekuatan baru yang bersifat kolektif (community power), meskipun pada tahap ini masih sangat prematur, karena masih ada faktor-faktor lain yang harus melengkapinya. Kedua, tahap penggalangan sebagai proses identifikasi potensi masyarakat yang juga ditandai dengan munculnya kesadaran yang tinggi untuk melakukan aktivitas pembangunan, perlu disusul untuk tahap berikutnya yaitu melalui pelatihan-pelatihan yang diarahkan pada peningkatan kualitas masyarakat dalam berbagai bidang.
Mencermati situasi dan perkembangan negara kita sekarang ini,
maka konteks pemberdayaan masyarakat, selayaknya diarahkan kepada masalah-masalah tersebut dengan maksud agar masyarakat dapat mengetahui dengan jelas faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana jalan keluar yang tepat untuk penyelesaian ,masalah. Dengan demikian masyarakat mampu menetapkan apa yang dibutuhkan dan bukan sekedar daftar keinginan yang terlalu menjanjikan, tetapi dalam kenyataan tak pernah terpenuhi. Pendekatan yang diharapkan untuk itu adalah memfasilitasi masyarakat secara edukatif dan memandangnya tidak sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek pembangunan.
Kesemuanya ini bisa menjadi kekuatan kelompok (Cartwright, Zander dan Hollander, dalam Yusuf, 1990). Berdasarkan pandangan-pandangan di atas memberikan indikasi bahwa keterpaduan, keserasian dan kebersamaan dapat diperoleh dari hasil menyeluruh dari anggota kelompok yang ada. Dengan demikian dapat dirumuskan, tingkat kekohesifan yang tinggi dalam reaslitas yang sesungguhya, maka paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan : Pertama, menggalang potensi masyarakat, maksudnya dalam suatu komunitas sangat jarang ditemui adanya sifat-sifat yang membedakan, dalam komunitas tersebut relatif kecil jumlahnya. Berarti komunitas yang dimaksud memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari segi pengetahuan atau latar belakang pendidikannya,
keterampilan, pengalaman dan latar belakang ekonomi. Potensi yang ada, perlu diidentifikasi sebagai input yang sangat berharga sebagai data awal untuk dimanfaatkan selanjutnya. Umumnya para tokoh masyarakat, pendidik, dan tokoh agama yang berada di luar system pemerintahan, mereka ini disebut informal leader yang seharusnya mengambil prakarsa dalam tahap penggalangan. Jika diperlukan out sider (pihak luar), seperti Perguruan Tinggi, LSM atau organisasi-organisasi yang peduli dalam pembanggunan daerah dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi penguatan dalam hubungannya dengan pembangunan.
Dalam tahap penggalangan, pada dasarnya untuk memberi pengertian yang mendalam betapa pentingnya masyarakat sebagai tuan rumah sekaligus sebagai aktor utama dalam pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan di wilayah mereka sendiri.
Tumbuhnya kesadaran untuk membangun daerahnya, sebagai kekuatan baru yang bersifat kolektif (community power), meskipun pada tahap ini masih sangat prematur, karena masih ada faktor-faktor lain yang harus melengkapinya. Kedua, tahap penggalangan sebagai proses identifikasi potensi masyarakat yang juga ditandai dengan munculnya kesadaran yang tinggi untuk melakukan aktivitas pembangunan, perlu disusul untuk tahap berikutnya yaitu melalui pelatihan-pelatihan yang diarahkan pada peningkatan kualitas masyarakat dalam berbagai bidang.
Mencermati situasi dan perkembangan negara kita sekarang ini,
maka konteks pemberdayaan masyarakat, selayaknya diarahkan kepada masalah-masalah tersebut dengan maksud agar masyarakat dapat mengetahui dengan jelas faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana jalan keluar yang tepat untuk penyelesaian ,masalah. Dengan demikian masyarakat mampu menetapkan apa yang dibutuhkan dan bukan sekedar daftar keinginan yang terlalu menjanjikan, tetapi dalam kenyataan tak pernah terpenuhi. Pendekatan yang diharapkan untuk itu adalah memfasilitasi masyarakat secara edukatif dan memandangnya tidak sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek pembangunan.
0 Response to "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"
Posting Komentar